TANJUNGPANDAN, POS BELITUNG - Seekor ikan kerapu raksasa seberat 225 kilogram dan panjang hampir dua meter berhasil dipancing nelayan di perairan Pulau Belitung, sekitar delapan mil laut dari Pulau Seliu, Kabupaten Belitung, Senin (8/2) sekitar pukul 01.00 WIB dinihari. Jarakdari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan Belitung kePulau Seliu sekitar 32
mil l aut.
Ikan raksasa sejenis Kerapu Goliath atau nama latinnya Epinephelus Itajara ini tertangkap di sekitar terumbu karang (sawar) perairan Pulau Seliu dengan kedalaman laut sekitar 47 meter. Ada dugaan ikan raksasa ini memang menghuni perairan Belitung, meski ikan ini lebih dikenalsebagai jenis ikan yang biasa hidup di laut dala m dan banyak ditemukan di perairan tropis Samudera Pasifik dan Atlantik. Kepada Grup Bangka Pos, Selasa (9/2) malam, Bai alias Samson, salah seorang nelayan warga Jalan Patimura Tanjungpandan yang berhasil menangkap ikan ini menuturkan, tertangkapnya kerapu raksasa ini tidak pernah diperhitungkan sebelumnya. Bai bersama tiga rekannya semula memang berniat memancing ikan besar di perairan Pulau Seliu, sekitar 32 mil laut dari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan. Mereka berempat yakni Bai alias Samson, Supriyadi, BA dan Leman berangkat dari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan, Sabtu (6/2) sekitar
pukul 14.00 WIB menggunakan perahu bubu berbobot empat ton. Setelah perjalanan sekitar empat setengah jam yakni sekitar pukul 18.30 WIB, mereka mendarat di pantai Pulau Seliu untuk beristirahat.
"Pagi kami keluar mencari umpan sekitar perairan Pulau Seliu, dapatlah ikan kakap merah, tengiri. Minggu malam kira-kira jam tujuh malam, kami mulai mancing ikan besar. Sekitar delapan mil lebih dari Pulau Seliu,
dengan kedalaman laut 47 meter," ujar Bai didampingi pengusaha perikanan, H Mustari Motong.
Menurutnya, dengan menggunakan senar ukuran 2.000 dan pancing nomor satu, lemparan pancing pertama malam itu disambar ikan hiu jenis kemejan dengan berat 62 Kg. Tidak puas dengan tangkapan pertama, mereka lalu melemparkan lagi pancing menggunakan umpan seekor ikan tengiri seberat
satu kilogram. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, umpan pancing disambar seekor ikan besar yang disangka seekor hiu kemejan lagi. Perlawanan ikan satu ini cukup kuat, sehingga untuk menarik tali pancing harus dilakukan tigaorang sekaligus.
"Kami kira kemejan. Ditarik bertiga. Tali dari sisi kanan, ikan muncul di sisi lain perahu. Kami tarik terus, bertarung sekitar setengah jam, sekali timbul ikan kerapu besar. Ikan kerapu kalau sudah timbul kena pancing, ia kembung, jadi mengapung jadi bisa dipastikan mati. Kalau tadinya tahu itu kerapu, saya putus tali pancingnya," kata Bai yang dibenarkan Rudi, kakak kandungnya. Karena ukuran yang begitu besar dan berat, Bai dan ketiga rekannya kesulitan menaikkan hasil tangkapannya ke perahu. Sejak pukul 02.00 WIB
dini hari hingga pukul 04.00 WIB, mereka tidak berhasil menaikkan ikan raksasa ini ke perahu.
Setelah istirahat, sekitar pukul 06.00 WIB, diupayakan lagi untuk mengangkat ikan ke perahu, akhirnya pukul 08.00 WIB kerapu berukuran jumbo tersebut dapat dinaikkan dengan cara melilitkan tali yang terikat pada ikan pada sebatang kayu. Kayu tersebut diputar, sehingga ikan terangkat dan dapat dinaikkan ke perahu.
"Semula kami punya ide untuk menarik ikan ke Pulau Seliu, perahu dikandaskan lalu ikan di naikkan ke perahu. Tapi perjalanan ke pulau sendiri memakan waktu dua jam," katanya. Namun persoalan lainnya yakni peti es yang terbuat dari fiber tidak muat menampung ikan raksasa tersebut, sehingga dikhawatirkan ikan akan membusuk. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang ke darat.
Padahal para nelayan baru saja melaut selama dua hari dari biasanya melaut seminggu. Sampai di Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan, kerapu raksasa itu mengundang kehebohan para nelayan dan masyarakat yang sedang berada di pelabuhan. Apalagi upaya menurunkan ikan ini dari kapal tidaklah mudah.
Diperlukan bantuan derek untuk mengangkutnya ke kapal. Orang-orang pun ramai berkerumun menyaksikan ikan kerapu terbesar yang pernah diangkut ke pelabuhan ini. Beberapa orang segera mengabadikan foto ikan ini melalui fasilitas kamera telpon genggam masing-masing. Ikan kerapu raksasa ini akhirnya dijual ke perusahaan eksportir ikan. Tapi karena perusahaan penampung di Singapura pada saat menjelang Imlek ini sedang libur, maka perusahaan eksportir memotong-motong ikan tersebut dan dimasukkan ke cold storage agar tetap segar pada saat dikirim ke luar negeri. "Saya selama 16 tahun menjadi nelayan mendapatkan ikan seberat 100 kg sudah biasa. Tapi, baru kali inilah berhasil mendapat ikan sampai seberat 225 kg," kata Bai.
Sementara Rudi menuturkan, ikan kerapu ukuran normal harganya mencapai Rp 15.000/kg. Untuk ikan kerapu berukuran raksasa seperti tangkapan kali ini, perusahaan pengekspor ikan belum bisa menentukan harganya. "Kami baru dibayar uang muka saja. Nanti akan dibayar penuh setelah ekspor,
dan dibayar oleh negara penerima," kata Rudi.
Ikan raksasa sejenis Kerapu Goliath atau nama latinnya Epinephelus Itajara ini tertangkap di sekitar terumbu karang (sawar) perairan Pulau Seliu dengan kedalaman laut sekitar 47 meter. Ada dugaan ikan raksasa ini memang menghuni perairan Belitung, meski ikan ini lebih dikenalsebagai jenis ikan yang biasa hidup di laut dala m dan banyak ditemukan di perairan tropis Samudera Pasifik dan Atlantik. Kepada Grup Bangka Pos, Selasa (9/2) malam, Bai alias Samson, salah seorang nelayan warga Jalan Patimura Tanjungpandan yang berhasil menangkap ikan ini menuturkan, tertangkapnya kerapu raksasa ini tidak pernah diperhitungkan sebelumnya. Bai bersama tiga rekannya semula memang berniat memancing ikan besar di perairan Pulau Seliu, sekitar 32 mil laut dari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan. Mereka berempat yakni Bai alias Samson, Supriyadi, BA dan Leman berangkat dari Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan, Sabtu (6/2) sekitar
pukul 14.00 WIB menggunakan perahu bubu berbobot empat ton. Setelah perjalanan sekitar empat setengah jam yakni sekitar pukul 18.30 WIB, mereka mendarat di pantai Pulau Seliu untuk beristirahat.
"Pagi kami keluar mencari umpan sekitar perairan Pulau Seliu, dapatlah ikan kakap merah, tengiri. Minggu malam kira-kira jam tujuh malam, kami mulai mancing ikan besar. Sekitar delapan mil lebih dari Pulau Seliu,
dengan kedalaman laut 47 meter," ujar Bai didampingi pengusaha perikanan, H Mustari Motong.
Menurutnya, dengan menggunakan senar ukuran 2.000 dan pancing nomor satu, lemparan pancing pertama malam itu disambar ikan hiu jenis kemejan dengan berat 62 Kg. Tidak puas dengan tangkapan pertama, mereka lalu melemparkan lagi pancing menggunakan umpan seekor ikan tengiri seberat
satu kilogram. Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, umpan pancing disambar seekor ikan besar yang disangka seekor hiu kemejan lagi. Perlawanan ikan satu ini cukup kuat, sehingga untuk menarik tali pancing harus dilakukan tigaorang sekaligus.
"Kami kira kemejan. Ditarik bertiga. Tali dari sisi kanan, ikan muncul di sisi lain perahu. Kami tarik terus, bertarung sekitar setengah jam, sekali timbul ikan kerapu besar. Ikan kerapu kalau sudah timbul kena pancing, ia kembung, jadi mengapung jadi bisa dipastikan mati. Kalau tadinya tahu itu kerapu, saya putus tali pancingnya," kata Bai yang dibenarkan Rudi, kakak kandungnya. Karena ukuran yang begitu besar dan berat, Bai dan ketiga rekannya kesulitan menaikkan hasil tangkapannya ke perahu. Sejak pukul 02.00 WIB
dini hari hingga pukul 04.00 WIB, mereka tidak berhasil menaikkan ikan raksasa ini ke perahu.
Setelah istirahat, sekitar pukul 06.00 WIB, diupayakan lagi untuk mengangkat ikan ke perahu, akhirnya pukul 08.00 WIB kerapu berukuran jumbo tersebut dapat dinaikkan dengan cara melilitkan tali yang terikat pada ikan pada sebatang kayu. Kayu tersebut diputar, sehingga ikan terangkat dan dapat dinaikkan ke perahu.
"Semula kami punya ide untuk menarik ikan ke Pulau Seliu, perahu dikandaskan lalu ikan di naikkan ke perahu. Tapi perjalanan ke pulau sendiri memakan waktu dua jam," katanya. Namun persoalan lainnya yakni peti es yang terbuat dari fiber tidak muat menampung ikan raksasa tersebut, sehingga dikhawatirkan ikan akan membusuk. Akhirnya mereka memutuskan untuk segera pulang ke darat.
Padahal para nelayan baru saja melaut selama dua hari dari biasanya melaut seminggu. Sampai di Pelabuhan Perikanan Tanjungpandan, kerapu raksasa itu mengundang kehebohan para nelayan dan masyarakat yang sedang berada di pelabuhan. Apalagi upaya menurunkan ikan ini dari kapal tidaklah mudah.
Diperlukan bantuan derek untuk mengangkutnya ke kapal. Orang-orang pun ramai berkerumun menyaksikan ikan kerapu terbesar yang pernah diangkut ke pelabuhan ini. Beberapa orang segera mengabadikan foto ikan ini melalui fasilitas kamera telpon genggam masing-masing. Ikan kerapu raksasa ini akhirnya dijual ke perusahaan eksportir ikan. Tapi karena perusahaan penampung di Singapura pada saat menjelang Imlek ini sedang libur, maka perusahaan eksportir memotong-motong ikan tersebut dan dimasukkan ke cold storage agar tetap segar pada saat dikirim ke luar negeri. "Saya selama 16 tahun menjadi nelayan mendapatkan ikan seberat 100 kg sudah biasa. Tapi, baru kali inilah berhasil mendapat ikan sampai seberat 225 kg," kata Bai.
Sementara Rudi menuturkan, ikan kerapu ukuran normal harganya mencapai Rp 15.000/kg. Untuk ikan kerapu berukuran raksasa seperti tangkapan kali ini, perusahaan pengekspor ikan belum bisa menentukan harganya. "Kami baru dibayar uang muka saja. Nanti akan dibayar penuh setelah ekspor,
dan dibayar oleh negara penerima," kata Rudi.
sumber: POS BELITUNG
0 comments:
Posting Komentar